Sakit yang aku alami sebelum Ramadhan telah membuka pintu hatiku untuk berbakti kepada orang tua, terutama jasa ibu yang tak akan pernah aku lupakan selama hidupku. Satu minggu sebelum Ramadhan datang aku menderita sakit, tubuhku terasa panas dingin dan sakit kepala yang tak tertahankan yang kualami selama tiga hari berturut-turut panas tubuhku tidak turun-turun. Panas tinggi yang kualami pada malam hari membuat kepalaku terasa sakit dan secara sadar dan tidak aku selalu memanggil-manggil ayahku yang telah meninggal dunia 5 tahun yang lalu.
Ayah meninggal dunia hari pertama kami sekeluarga melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, suatu cobaan dari Allah bagi kami sekeluarga di bulan Ramadhan, tapi selama di bulan Ramadhan itu kami tetap merasakan ayah berada disisi kami sekeluarga. Ayah selama hidupnya sangat bertanggung jawab sama keluarga, apa yang ia lakukan adalah untuk keluarga dan anak-anaknya. Bagi ayah hartanya yang paling ia banggakan kepada teman-temannya adalah anak-anaknya, setiap bicara dengan orang lain ayah selalu menceritakan anak-anaknya, padahal tidak ada yang dibanggakan dari kami anak-anaknya….tapi begitulah ayah. Ayah hanya bangga jika kami anak-anaknya bisa melanjutkan sekolah melebihi jenjang pendidikan ayah, ia berusaha mencari nafkah untuk keluarga dan sekolah anak-anaknya agar kami tidak pernah kekurangan. Aku bisa membaca bukan disekolah tapi ayah yang mengajarkan, semua kakak-kakakku bisa membaca Al-Qur’an juga ayah yang mengajarinya. Jika mendengar anak-anaknya salah dalam membaca Al-Qur’an ayah langsung tahu dan membetulkannya karena ayah hafal sebagian Al-Qur’an.
Sakit jantung yang di derita ayah telah memisahkan kami dengan dirinya….ayah dirawat hanya selama 1 minggu dirumah sakit, aku masih ingat ketika ayah menghembuskan nafasnya yang terakhir, kami sekeluarga anak-anaknya berada disisinya, kakakku selalu membisikkan ketelinga ayah kalimat-kalimat Allah, saat nafas terakhir ayah mengucapkan “Allah”, ayah pergi dengan tenangnya seperti orang tidur, ia pergi dengan tenang disaat kami anak-anaknya telah mandiri dan udah bekerja, hanya aku sendiri yang waktu itu masih kuliah…aku masih ingat betapa bangganya ayah ketika aku kuliah, tapi tentu ayah lebih bangga jika melihat ku telah di wisuda dan sudah bekerja saat ini…aku tidak sempat memberikan sesuatu kepada ayah. Bakti kami kepada ayah hanya menyelenggarakan jenazah ayah mulai dari memandikan, mengafani, mensholatkan yang imamnya adalah kakakku sendiri serta menguburkan adalah dilakukan oleh anak-anaknya.
Allah telah memperingati aku dengan sakitku….., mungkin selama tahun ini aku kurang mendo’akan ayah dan menziarahi kuburan ayah, mungkin ayah juga merindukan aku karena mau masuk bulan Ramadhan. Ampuni aku ya Allah jika kurang mendo’akan ayah……
”Ya Allah…. berikanlah kelapangan dan kesejukan bagi ayahku di kuburannya, ampunilah segala dosanya selama hidup di dunia…..dan tempatkanlah ia pada tempat yang mulia disisiMu yaitu Sorga yang indah, terimalah segala amal ibadahnya selama hidup di dunia….
Saat sakit aku juga tidak bisa melupakan jasa ibu yang telah merawatku dengan penuh kasih sayang dan kelembutan….Panas badan dan sakit kepala yang ku alami selalu datangnya malam hari sehingga membuatku sering terbangun dan menangis..Ibu selalu mengompres kepalaku dengan batu es, biar panas ku turun, ku lihat ibu juga merasakan apa yang aku rasakan…ku lihat setetes-setetes air mata ibu jatuh melihatku yang tidak tahan merasakan sakitnya kepalaku….hanya setengah badanku yang arah kepala panas sedangkan kakiku sangat dingin, dan aku minta agar kakiku direndam dalam air panas jika terbangun malam hari….., ibu yang merendam kakiku dan mengusapnya dengan sapu tangan. Aku tidak tahu apakah selama panas badanku selama 3 hari berturut-turut itu ibu tidur atau tidak, karena yang ku tahu setiap aku terbangun malam hari tangan ibu di dahi kepalaku dan memandangiku…..Selama sakit ibu sangat teliti memberi makan dan memberi obat serta menyuapi aku setiap makan. Ibu dengan sabar melakukannya…walau kadang2 aku tidak mau makan, padahal ibu sudah susah payah membuatkan makanan yang aku sukai…ibu tidak pernah marah.
Allah kembali mengingatkanku ketika aku sakit….., ketika ibu dengan sabarnya merawatku, aku juga ingat 3 bulan sebelumnya ibu juga sakit ia menderita kista di rahimnya dan harus di operasi, 2 minggu ibu dirawat dirumah sakit hanya 1 malam aku merawat ibu. Karena aku bekerja sehingga tidak bisa merawat ibu hanya kakakku yang merawat ibu di rumah sakit. Aku sadar apa yang dilakukan ibu pada saat aku sakit tidak seperti apa yang aku lakukan kepada ibu ketika ia sakit.
“Ya..Allah ampunilah aku….berikanlah selalu kesehatan kepada ibu dan ampunilah dosanya….jangan sampai terlambat aku membalas jasa-jasa ibu…
Sekarang aku sudah sehat, 1 minggu aku dirawat ibu…Ramadhanpun datang, kami melaksakan puasa bersama ibu, sudah biasa tanpa ayah. Hanya 1 minggu dalam Ramadhan ini kami melaksanakan puasa bersama ibu….Ibu berangkat ketempat kakakku yang berada diluar kota ini karena juga membutuhkan ibu disisinya, ia mau melahirkan.
Oh ibu…. dirimu selalu disibukkan oleh anak-anakmu sejak kecil hingga mereka dewasa…. Sebelum berangkat aku menemani ibu membeli oleh-oleh untuk dibawa kesana, kami keluar masuk toko mencari oleh-oleh, ibu tidak membeli oleh-oleh berupa makanan tapi ibu membelikan baju untuk kakakku serta anak-anaknya, ibu juga membelikan menantunya baju meskipun tidak diminta ibu membelikannya dengan uangnya sendiri…..ibu tidak pernah membeda-bedakan anak maupun menantu…begitulah cara ibu mengajari aku tentang kasih sayang dan ketulusan…..Ibu selalu memberi tapi tidak pernah meminta….
Selama kepergian ibu ke luar kota terasa asing bagiku…tidak ada lagi suara lembut yang selalu membangunkan aku untuk makan sahur di bulan Ramadhan ini, dan tangannya yang kucium setiap kali habis sholat taraweh. Baru Ramadhan kali ini aku merasakan tanpa ayah dan ibu disisi kami.
Lebaran tahun inipun kami tanpa ayah dan ibu disisi kami……Sunyi rasanya dirumah ketika habis sholat Idul Fitri hingga ku dengar dering telpon…….”Assalamu’alaikum….apa kabar Naak”……..”Oh Ibu………ma’af lahir bathin ibu…kujabat erat tangan ibu dari jauh…………”
Untuk kaum muslimin semuanya jangan lupa mendo’akan kedua orang tua kita apalagi di bulan Ramadhan yang penuh ampunan dimana segala do’a dikabulkan. Berbuat baiklah kepada orang tua karena betapa besar kedudukan kewajiban berbakti kepada Ibu-Bapak atau birul walidain. Allah meletakkan kedudukan kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak kita, setelah kewajiban terbesar manusia, yaitu beribadah kepada-Nya. Semoga kita bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah Amin Ya Rabbal Alamin….***
Tempatkanlah Allah dihati letakkan dunia di telapak tangan
Rabu, 01 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar