Sabtu, 04 Juni 2011

JANJI PENGURUS ROHIS BINA INSAN MUTAQIN

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA MicrosoftInternetExplorer4

JANJI PENGURUS ROHIS BINA INSAN MUTAQIN

SMA NEGERI 1 BABADAN

TAHUN 2011 – 2012

KAMI PENGURUS ROHIS BINA INSAN MUTAQIN BERJANJI :

1. SENANTIASA TAAT KEPADA ALLAH DAN ROSUL MUHAMMAD SAW

2. SENANTIASA BERPEGANG TEGUH KEPADA AL QUR’AN DAN AL HADIST

3. SENANTIASA MENEGAKAN AJARAN ISLAM SECARA KHAFAH

4. MENJUNJUNG TINGGI DAN MELAKSANAKAN HUKUM DAN UU

NEGARA KESATUAN RI

5. CINTA TANAH AIR INDONESIA

6. SENANTIASA BERDAKWAH DI JALAN ALLAH SWT

7. SENANTIASA BERJUANG DAN BEKERJA KERAS DEMI KEJAYAAN ISLAM

8. SENANTIASA MENGAJAK BERBUAT AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNGKAR

9. SENANTIASA MENJALANKAN AMANAH DENGAN IKHLAS DAN TANPA PAMRIH

10. SENANTIASA MENDAHULUKAN KEPENTINGAN UMUM DARI PADA KEPENTINGAN PRIBADI

11. SENANTIASA MENJAGA NAMA BAIK DIRI SENDIRI, KELUARGA DAN AL MAMATER

12. SENANTIASA RAJIN BELAJAR UNTUK BERPRESTASI

PEMBINA ROHIS KETUA

Drs. H. M. NURHADI HANURI BELINDA DYAH AINDRIANI

NIP. 19670331199303 1 005

MENGETAHUI

KEPALA SMAN 1 BABADAN

Dra. TUTUT ERLIENA, M.Pd

NIP: 195906091984032006

Islam Sumber Nilai dan Etik Dalam Berbisnis

Islam Sumber Nilai dan Etika Dalam Berbisnis

Drs. H.M. Nurhadi Hanuri

Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa,kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial.

Aktivitas bisnis merupakan bagian integral dari wacana ekonomi. Sistem ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sedangkan sistem ekonomi lain, seperti kapitalisme dan sosialisme , cendrung mengabaikan etika sehingga aspek nilai tidak begitu tampak dalam bangunan kedua sistem ekonomi tersebut. Keringnya kedua sistem itu dari wacana moralitas , karena keduanya memang tidak berangkat dari etika, tetapi dari kepentingan (interest ). Kapitalisme berangkat dari kepentingan individu sedangkan sosialisme berangkat dari

kepentingan kolektif. Namun, kini mulai muncul era baru etika bisnis di pusat-pusat kapitalisme.

Suatu perkembangan baru yang menggembirakan.

Al-Qur’an sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (Qs. 62:10,). Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4:29) dan bebas dari

kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi transaksi kredit (QS. 2: 282).

Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang bereputasi international yang mendasarkan bangunan bisnisnya kepada nilai-nilai ilahi (transenden). Dengan dasar itu Nabi membangun sistem ekonomi Islam yang tercerahkan. Prinsip-prinsip bisnis yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Realitas ini menjadi bukti bagi banyak orang, bahwa tata ekonomi yang berkeadilan, sebenarnya pernah terjadi, meski dalam lingkup nasional, negara Madinah . Nilai, spirit dan ajaran yang dibawa Nabi itu, berguna untuk membangun tata ekonomi baru , yang akhirnya terwujud dalam tata ekonomi dunia yang berkeadilan.

Syed Nawab Haidar Naqvi, dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sistesis Islami”,memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan, tanggung jawab.

Tauhid, merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan,dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan. (QS. 62:10)

Etika Bisnis dalam Islam

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.

Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi(QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental (QS. 51:19)

Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas, punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek mu’amalah, bukan ibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebasan manusia sesungguynya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam,adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.

PANDUAN NABI MUHAMMAD DALAM BISNIS

Rasululah Saw, sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah:

Pertama, bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R.Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim).

Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.

Kedua, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam,tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan

menjual barang.

Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Zar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R. Muslim). Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

Keempat, ramah-tamah . Seorang palaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis. Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan Tarmizi).

Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk membeli).

Keenam, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).

Ketujuh, tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.

Kedelapan, takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi” ( QS. 83:112).

Kesembilan, Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah,“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.

Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw

bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakuan.

Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli.

Contoh yang sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial,seperti air, udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral.

Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Ini dilarang dalam Islam.

Keduabelas, tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena ia diduga keras, mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak esensi hubungan sosial yang justru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat.

Ketigabelas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung” (H.R. Jabir).

Keempatbelas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu”(QS. 4: 29).

Kelimabelas, Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).

Keenambelas, Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu

membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya” (H.R. Muslim).

Ketujuhbelas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah:278) Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

Demikianlah sebagian etika bisnis dalam perspektif Islam yang sempat diramu dari sumber ajaran Islam,

Jumat, 01 April 2011

NAH, INI DIA JODOHKU.(Kesalahan Memahami Sabda Nabi)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
(HR. Muttafaq Alaihi dan Imam Lima)

Seorang pemuda selalu memegang sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam,
“Nikahilah seseoang itu karena kecantikannya, kekayaanya, keturunannya, dan agamanya”

Suatu ketika, dia melihat gadis cantik, shalihah dan dari keturunan yang baik. Dia pun merasa jatuh cinta kepadanya. Dia sudah berniat melamarnya, tetapi setelah tahu bahwa dia tidak kaya, dia pun mengurungkan niatnya. “Belum seperti yang disabdakan nabi.” Pikirnya.

Kemudian, dia berkenalan dengan gadis cantik, kaya dan sholehah. “nah, ini dia jodohku,” kiranya. Tetapi, ada temannya yang bilang bahwa gadis itu anak bekas perampok. Maka, diurungkannya niatnya untuk melamar. “belum seperti yang disabdakan nabi,” pikirnya lagi.

Lagi-lagi, dia berkenalan dengan gadis cantik yang kaya, dari keturunan baik-baik. Kembali dia merasa jatuh cinta. Tetapi, setelah beberapa lama bergaul dengan gadis itu, dia tahu bahwa dia tidak taat beragama. ”Wah kalau ini jangan! Belum seperti yang disabdakan Nabi,” katanya dalam hati.
Ketika sedang merenung, dia didatangi salah seorang sahabatnya. “Hai kawan, maukah kamu kuperkenalkan dengan seorang gadis. Dia shalihah, kaya, dan dari keturunan baik,” kata sahabatnya itu.

“oh, ya? Kebetulan, aku ingin segera menikah. Kapan kau perkenalkan dia padaku?”

“Secepatnya. Ok!”

‘Ok.” Jawabnya

Keesokan harinya, dia diperkenalkan dengan gadis itu, lalu obrolan pun berlangsung. Setelah beberapa lama, mereka pun pulang. Di dalam perjalanan, sahabatnya bertanya, “Bagaimana, cocok tidak?”

“Wah, dia kurang cantik, kawan. Belum seperti yang disabdakan Nabi,” jawabnya.

Beberapa tahun kemudian, dia bertemu dengan seorang gadis. Gadis itu cantik, shalihah, kaya dan dari keturunan baik-baik. “Nah, inilah yang kucari-cari selama ini. Dia benar-benar seperti yang disabdakan Nabi. Tidak salah lagi, dialah jodohku.”

Dia pun bertekad untuk melamarnya. Dalam sebuah kesempatan, dia mendatangi gadis pujaannya itu dan menyampaikan maksudnya. Tetapi dia ditolak mentah-mentah. Ah nasib.. nasib….

Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (HR. Muttafaq Alaihi)

Semoga bermanfa’at untuk ikhwan wa akhwat fillah semuanya.

Aamiin

min Fsi Jkt

Minggu, 06 Februari 2011

AL ISLAM
معرفة الإسلام
Muqadimah
Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi kaum
muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang akan dihadapi
oleh manusia (baca; kaum muslimin) itu sendiri. Karena Islam menginginkan
adanya penyelesaian dan kedamaian atas segala hal yang menimpa manusia dalam
kehidupan mereka. Dan seperti itulah sesungguhnya profil al-Islam. Islam
merupakan pegangan hidup manusia yang mampu mengantarkan mereka pada
kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, serta mampu mengentaskan
segala problematika yang mereka hadapi.
Sejarah telah memperlihatkan kepada kita, betapa Islam mampu menjadi
poros dunia yang memimpin serta menguasai peradaban dalam waktu yang relatif
lama. Dan jika diperhatikan, kejayaan dan kemajuan Islam sangat identik dengan
kekomitmenan mereka terhadap Islam. Demikian juga sebaliknya, ketika komitmen
tersebut telah meluntur maka kejayaan Islampun mulai pudar, seiring pudarnya
keimanan kaum muslimin. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya telah
mengingatkan kepada kita:
قاَل رَسوُْل الله صلََّى الله علَيَهْ وَسلَمَّ :ترَكَْت فيِكْمُ أمَرْيَْن لَن تَضلِوُّا ماَ تمََسكَّتْمُ بهِمِاَ كتِاَب الله وَسنُةَّ نبَيِهِِ
(وراه مالمك)
‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian
tidak akan pernah tersesat selagi masih berpegang teguh pada keduanya; yaitu
kitabullah (al-Qur’an) dan sunah nabinya (al-Hadits).’ (HR. Imam Malik)
Kemunduran kaum muslimin juga merupakan bagian dari ‘kesesatan’
sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Karena
dalam kondisi mundur, sangat mudah bagi musuh-musuh Islam untuk melancarkan
berbagai hujaman kepada Islam, baik berbentuk politik, ekonomi, militer,
pendidikan dan lain sebagainya, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Kemudian
kemunduran seperti inipun disebabkan karena mengendurnya komitmen kaum
muslimin terhadap Islam. Untuk itulah, perlu kiranya bagi kita untuk mengkaji
ulang tentang hakekat dinul Islam secara utuh dan menyeluruh agar kita dapat
kembali meraih kejayaan yang telah hilang dari tangan kita.
Mengenal Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata
salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ ( السلَّْم ) yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
وإَِن جنََحوُا للِسلَّمْ فاَجنَْح لهَاَ وتَوَكََّل علََى اللهَّ إنِهَّ هوُ السمَّيِع العْلَيِمُ
2
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
Kata ‘salm’dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam
sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
وإَِن طاَئفِتَاَن مِن المْؤُمْنِيِن اقتْتَلَوُا فأََصلِْحوُا بيَنْهَمُاَ فإَِن بغََت إِحدْاَهمُاَ علََى الأُخرَْى فقَاَتلِوُا
التَِّي تبَغِْي حتََّى تفَِيء إلَِى أمَرْ اللهَّ فإَِن فاَءَت فأََصلِْحوُا بيَنْهَمُاَ باِلعْدَْل وأَقَْسِطوُا إِن اللهَّ يُحِب المْقُْسِطيِنَ
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
أذُِن للِذَّيِن يقُاَتلَوُن بأِنَهَّمُ ظلُمِوُا وإَِن اللهَّ علََى نَصرْهِمِ لقَدَيِرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu.”

2. Berasal dari kata ‘aslama’( أَسلَْمَ ) yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125)
ومََن أَحْسَن ديِناً ممَِّن أَسلْمَ وَجهْهَ للِهَّ وهَوُ مُحْسِن واَتبَّعَ ملِةَّ إبِرْاَهيِم حنَيِفاً واَتَّخذَ اللهَّ إبِرْاَهيِم خلَيِلاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan
seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman: (QS. 6 : 162)
قُل إِن صَلاتَِي ونَُسكُِي ومََحيْاَي ومَمَاَتِي للِهَّ رَب العْاَلمَيِنَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 :
83) :

3
أفَغَيَرْ ديِن اللهَّ يبَغْوُن ولَهَ أَسلْمَ مَن فِي السمَّوَاَت واَلأرَْض طوَْعاً وكَرَهْاً وإَلِيَهْ يرُْجعَوُنَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri
kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya
Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang
(baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun ( استَْسْلَمَ - مُستَْسْلِموُْنَ ): penyerahan
total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26)
بَل همُ اليْوَمْ مُستَْسلْمِوُنَ
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara
total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah
laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain
sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan
yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 :
208)
ياَأيَهُّاَ الذَّيِن ءاَمنَوُا ادْخلُوُا فِي السلِّمْ كاَفةَّ وَلا تتَبَّعِوُا خُطوُاَت الشيَّْطاَن إنِهَّ لكَمُ عدَوُ مبُيِنٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (ٌ سلَيِْم ) yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
إِلا مَن أتََى اللهَّ بقِلَْب سلَيِمٍ
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)
إذِ جاَء ربَهَّ بقِلَْب سلَيِمٍ
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan
4
berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan
membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
ماَ يرُيِد اللهَّ ليَِجعَْل علَيَكْمُ مِن حرََج ولَكَِن يرُيِد ليُِطهَرِّكَمُ ولَيِتُمِ نعِمْتَهَ علَيَكْمُ لعَلَكَّمُ تَشكْرُوُنَ
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak
menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu
dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (ٌ سَلاَم ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)
قاَل سَلامَ علَيَْك سأََستْغَفْرِ لَك ربَِّي إنِهَّ كاَن بِي حفَِيا
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta
ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul
Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat
membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan
akhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari
oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

1. Islam sebagai wahyu ilahi ( ( الوَحْي اْلإلَِهِي
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :
ومَاَ ينَْطِق عَن الهْوََى *إِن هوُ إِلا وَحْي يوُحَى
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) ( ديِْن اْلأنَبْيَِاءِ
(واَلْمرُْسلَيِْنَ
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
قُل آمنَاَّ باِللهَّ ومَاَ أنُزِْل علَيَنْاَ ومَاَ أنُزِْل علََى إبِرْاَهيِم وإَِسمْاَعيِل وإَِسْحاَق ويَعَقْوُب واَلأَسبْاَط ومَاَ أوُتِي موُسَى وَعيِسَى واَلنبَّيِوُّن مِن ربَهِّمِ لا نفُرَِّق بيَْن أَحدَ منِهْمُ ونََحْن لهَ مُسلْمِوُنَ
“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan
apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri."

3. Sebagai pedoman hidup ( (منِْهاَج الْحيَاَةِ
Allah berfirman (QS. 45 : 20)
هذَاَ بَصاَئرِ للِناَّس وهَدًُى ورََحمْةَ لقِوَمْ يوُقنِوُنَ
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
( أَحْكاَم الله فِي كتِاَبِه وَسنَُّة رَسوُلِْهِ)
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)

5
وأََن احكْمُ بيَنْهَمُ بمِاَ أنَزَْل اللهَّ وَلا تتَبَّعِ أهَوْاَءهَمُ واَحذْرَهْمُ أَن يفَتْنِوُك عَن بعَْض ماَ أنَزَْل اللهَّ إلِيَْك فإَِن توَلَوَّاْ فاَعلْمَ أنَمَّاَ يرُيِد اللهَّ أَن يُصيِبهَمُ ببِعَْض ذنُوُبهِمِ وإَِن كثَيِراً مِن الناَّس لفَاَسقِوُن *
أفََحكُمْ الْجاَهلِيِةَّ يبَغْوُن ومََن أَحْسَن مِن اللهَّ حكُمْاً لقِوَمْ يوُقنِوُنَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhatihatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosadosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. ( ( الصرِّاَط الْمُستَْقيِْمُ
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
وأََن هذَاَ صرِاَطِي مُستْقَيِماً فاَتبَّعِوُه وَلا تتَبَّعِوُا السبُُّل فتَفَرََّق بكِمُ عَن سبَيِلهِ ذلَكِمُ وَصاَّكمُ بهِ لعَلَكَّمُ تتَقَّوُنَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa.”

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.( (سَلاَمَة الدنُّيْاَ واَْلآخرِةَِ
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
مَن عمَِل صاَلِحاً مِن ذكَرَ أوَ أنُثَْى وهَوُ مؤُمِْن فلَنَُحيْيِنَهَّ حيَاَة طيَبِّةَ ولَنََجزْيِنَهَّمُ أَجرْهَمُ بأَِحْسَن ماَ كاَنوُا يعَمْلَوُنَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Keuniverselan Islam
Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala
aspek kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan
manusia.

1. Mencakup seluruh dimensi waktu
Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang diperuntukkan untuk umat
manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul
yang terdahulu. Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga
akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 21:107):
ومَاَ أرَْسلَنْاَك إِلا رَحمْةَ للِعْاَلمَيِنَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.”
Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka bumi ini
sepanjang masa. Rasulullah SAW sendiripun diutus sebagai nabi dan rasul
terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi
terdahulu. Allah berfirman (QS. 33 : 40)
ماَ كاَن مُحمَدَّ أبَاَ أَحدَ مِن رِجاَلكِمُ ولَكَِن رَسوُل اللهَّ وَخاَتمَ النبَّيِيِّن وكَاَن اللهَّ بكُِل شَيءْ علَيِماً
6
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang
lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah
SAW, sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi
dan rasul yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad
merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.

2. Mencakup seluruh dimensi ruang
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi
oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku
atau bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk
seluruh umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbedabeda.
Allah SWT berfirman (QS. 34 :28)
ومَاَ أرَْسلَنْاَك إِلا كاَفةَّ للِناَّس بَشيِراً ونَذَيِراً ولَكَِن أكَثْرَ الناَّس لا يعَلْمَوُنَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui.”
Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak hanya
diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa,
Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup manusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang
mengatur peribadahan saja sebagaimana yang banyak difahami oleh
kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh
aspek dan dimensi kehidupan manusia, diantaranya adalah:

a. Peribadahan
QS. 51 : 56
ومَاَ خلَقَْت الْجِن واَلإنِْس إِلا ليِعَبْدُوُنِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.

b. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
عَن أبَِي هرُيَرْةَ قاَل قاَل رَسوُل اللهَّ صلََّى اللهَّ علَيَهْ وَسلَمَّ إنِمَّاَ بعُثِْت لأتُمَمِّ صاَلِح الأَخْلاَقِ
“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak/ moral.”
(HR. Ahmad)

c. Ekonomi
QS. 59 : 7
كَي لا يكَوُن دوُلةَ بيَْن الأَغنْيِاَء منِكْمُْ
“supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu.“

d. Politik
7
QS. 5 : 51
ياَأيَهُّاَ الذَّيِن ءاَمنَوُا لا تتََّخذِوُا اليْهَوُد واَلنَّصاَرَى أوَلْيِاَء بعَْضهُمُ أوَلْيِاَء بعَْض ومََن يتَوَلَهَّمُ منِكْمُ فإَنِهَّ منِهْمُْ
إِن اللهَّ لا يهَدِْي القْوَمْ الظاَّلمِيِنَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

e. Sosial
QS. 5 : 2
وتَعَاَونَوُا علََى البْرِ واَلتقَّوَْى وَلا تعَاَونَوُا علََى الإثِمْ واَلعْدُوْاَنِ
“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah
kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”

f. Pendidikan
QS. 31 : 13
وإَذِ قاَل لقُمْاَن لإبِنْهِ وهَوُ يعَِظهُ ياَبنَُي لا تُشرِْك باِللهَّ إِن الشرِّْك لَظلُمْ عَظيِمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Karakteristik Islam
Sebagai agama terakhir yang sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca;
khasa’ish) yang membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara
karakteristik Islam adalah:

Pertama : Robbaniyah ( (الربانية
Karakter pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat
robbaniyah, yaitu bahwa sumber ajaran Islam, pembuat syari’at dalam hukum
(baca; perundang-undangan) dan manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan
kepada Rasulullah SAW, baik melalui Al-Qur’an maupun sunnah. Allah SWT
berfirman QS. 32 : 1-3:
الم *تنَزْيِل الكْتِاَب لا ريَْب فيِه مِن رَب العْاَلمَيِن *أمَ يقَوُلوُن افتْرَاَه بَل هوُ الْحَق مِن ربَِّك لتِنُذْرِ قوَمْاً ماَ أتَاَهمُ مِن نذَيِر مِن قبَلِْك لعَلَهَّمُ يهَتْدَوُنَ*
Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan
semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad
mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari
Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka
orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat
petunjuk.
Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun yang ada
di dunia pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan manusia,
atau paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam pensyariatannya.

Kedua : Syumuliyah / universal ( (الشمولية
Artinya bahwa karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang
universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap
8
dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia
dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyariatan
dari semenjak manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi,
dan demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah QS. 2 : 208.
Imam Syahid Hasan Al-Banna mengemukakan:
“Islam adalah sistem yang syamil ‘menyeluruh’ mencakup semua aspek kehidupan.
Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih
sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan
hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah,
pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan
ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.”

Ketiga : Tawazun/ Seimbang ( (التوازن
Karakter ketiga agama Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang tawazun
(seimbang). Artinya Islam memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal;
antara dunia dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta
antara spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan
tawazun ini Islam menginginkan tidak adanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran
ingin memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat
dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau
meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam adalah
bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang mempu menunaikan
seluruh haknya secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya
sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian
seterusnya.

Keempat : Insaniyah ( (الإنسانية
Karakter yang keempat adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat
insaniyah. Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi
manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama
yang disyariatkan untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak
mampu untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspekaspek
‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang
terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya
agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca ; ulama).
Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara
maksimal dan sempurna. Bahkan bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi
derajatnya di hadapan Allah dari pada seorang ahli agama. Karena dalam Islam
yang menjadi standar adalah ketakwaannya kepada Allah.

Kelima : Al-Adalah / Keadilan ( (العدالة
Karekteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang
memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang
yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya.
Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain.
Allah berfirman: (QS. 5 : 8)
اعدْلِوُا هوُ أقَرَْب للِتقَّوَْى واَتقَّوُا اللهَّ إِن اللهَّ خبَيِر بمِاَ تعَمْلَوُنَ
9
“Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan kalian pada
ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
terhadap apa yang kalian kerjakan.”
Inilah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam. Di luar kelima
karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam lainnya. Kelima
hal di atas hanyalah sebagai contoh saja.

Penutup
Inilah sekelumit informasi mengenai Al-Islam, yang tidak lain dan tidak
bukan adalah agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tiada
keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Islam merupakan agama sempurna
yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh
campur tangan pemeluknya sendiri.
Tiada jalan bagi kita semua melainkan hanya menjadikan Islam sebagai
pegangan hidup dalam segala hal, dalam beribadah, bermuamalah, berpolitik,
berekonomi, berpendidikan, bersosial dan lain sebagainya. Kebagahian merupakan
hal yang insya Allah akan dipetik, oleh mereka-mereka yang memiliki komitmen
untuk melaksanakan Islam secara kaffah, sebagaimana para pendahulu-pendahulu
kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamab-Nya yang baik. Amiin.
Wallahu A’lam Bishowab.
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template